TAKUT pada BLANGKON, malah ramaikan blank.ON

kenapa kita lebih suka memakai jas hitam berpeci ketimbang beskap yang berblangkon ? ber-budaya dahulu atau ber-lingkungan dulu ?

Orang Jawa, sudah pasti tidak akan merasa asing lagi bila ditanya tentang Blangkon. Penutup kepala yang dipakai orang jawa dan identik dengan adat istiadat.

Blank.On merupakan salah satu pengembangan Linux yang berisikan perangkat lunak (software) dan digunakan untuk menjalankan/ mengoperasikan komputer desktop, laptop, dan workstation. Pengembangan software ini sangat cocok untuk Indonesuia karena dipadukan dengan pernak–pernik khas Indonesia,

Dua hal itu yang akan menunjukkan pilihan setiap SDM dalam menjalani industrialisasi. Apabila memilih pindah bersama revolusi industri 5.0, modal yang bisa dibilang relatif memiliki SDM yang memadai, namun masalahnya terletak pada pemerataan. Kita bisa lihat di beberapa daerah di Jawa dalam bertani, beternak dan berindustri wisata masih menggunakan cangkul, sapi maupun kertas/buku. Hal ini diartikan bahwa di Jawa sekalipun masih terdapat beberapa daerah yang belum mendekati Industri Digital seutuhnya bahkan para pelaku industri pariwisata/agraris pun tidak semuanya menguasai komputer. Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah banyaknya pelaku industri diperkirakan akhirnya akan menjadi penonton karena masuknya industri ini akan memangkas tenaga manusia dengan kemampuan SDM rendah.

Istilah Blangkon adalah representasi bagaimana ber-industri didominasi menggunakan kaidah-kaidah budaya sedangkan blank.ON lebih pada mengedepankan teknologi informasi alias industri 4.0 yang edisi selanjutnya yaitu revolusi industri 5.0.

Sebagai umat yang beragama, untuk menyikapi hal itu tentu kita mengenal adanya istilah tumakminah atau berhenti sejenak, duduk diantara dua sujud.

Rabbighfirlii (Tuhanku ampunilah aku)Warhamnii (sayangilah aku)Wajburnii (Tutuplah aib-aibku)Warfa’nii (Angkatlah derajatku)Warzuqnii (Berilah aku rezeki)Wahdinii (Berilah aku petunjuk)Wa’Aafinii (Sehatkanlah aku)Wa’fuannii (Maafkanlah aku)

Jikalau kita bisa mengamalkan apa yang ada dalam isi doa tumakninah tersebut, yakin dan percayalah Indonesia Maju dan Indonesia Emas 2045.mamou diraih.

mau Kemana SDM kita ?

Kalaupun kita memilih sebagai Blangkon, tentu kita harus tetap ber-Karya atau orang jawa menyebutnya karyo. Makna dari kata karyo sejatinya adalah hasil buah dari rasa, karsa dan cipta sehingga muncul dalam perbuatan lahir, sebagai seorang manuasia yang beragama, maka karya atau perbuatan ini harus kita sirnakan dari pandangan dan pengakuan kita atau orang lain, tapi tidak berhenti selalu berkarya (diniati sebagai ibadah), sehingga gerak perbuatan kita serasa betul-betul tidak memerlukan pengakuan apapun, dari siapapun atau bisa juga disebut dengan ikhlas.

Hal itu juga diperkuat dengan ajaran Ber-Budaya Jawa yang memperkenalkan kidung mocopat, kata macapat sendiri berarti maca papat-papat (membaca empat-empat). Kalo berdasarkan jenis dan urutannya 11 (sebelas) kidung macapat ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup manusia, tahap demi tahap kehidupan manusia dari mulai alam ruh (kidung maskumambang atau ruh yang ditanamkan dalam rahim ibu) sampai pada alam kematian (kidung pocung atau dibungkus mori putih ).

Sedangkan industri 4.0 (pabrik cerdas) maupun 5.0 pada dasarnya proses roso, karso, cipto pada kidung dhandhanggulo, yaitu digambarkan dari sisi kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup sandang, papan dan pangan.

di era revolusi Industri 5.0, mari – mari segenap SDM Ngayogjokarto, Jawa dan Indonesia senantiasa Berpikir Keras Bekerja Cerdas guna mencapai perwujudan lingkungan hidup yang baik dan sehat . (gsw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *